Senin, 07 Januari 2013

Pengajian Budaya Cak Nun-Kyai Kanjeng DAN SANG ROMO PUN MENGUCAP SALAM



Langit malam itu terlihat tenang dan sedikit mendung. Padahal musim penghujan sedang mencapai puncaknya pada bulan Desember. Ribuan masyarakat dari berbagai daerah di kabupaten Purbalingga dan sekitarnya berduyun-duyun menuju lapangan desa Karanggambas Padamara, yang pada malam itu PAC GP Ansor kecamatan Padamara dan Kutasari sedang menggelar hajatan, yaitu Pengajian budaya oleh Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dan Grup Kesenian Kyai Kanjeng.
Acara yang digelar untuk mewujudkan pendewasaan umat Islam dalam memandang kemajemukan dan isu SARA ini mendapat apresiasi yang luar biasa. “Saya jauh-jauh datang dari Purwokerto, untuk menghadiri pengajian budaya Cak Nun dan Kyai Kanjeng, karena beliau (Cak Nun-red) jarang-jarang menggelar pengajian di Purwokerto dan sekitarnya dan juga saya sangat menyukai musiknya, makannya ketika beliau hadir di Purbalingga saya tidak mau melewatkannya,”, tutur Faqihudin, karyawan sebuah bank, warga Purwokerto Selatan. Acara ini dihadiri oleh Wakil Bupati Purbalingga, Sukento Ridho Marhaendrianto, Romo Dimas dari Paroki Kroya, K. H. Supono Mustajab, pengasuh Pondok Pesantren An-Nur.
“Kita bangsa yang tua, bangsa yang hebat, dan negara-negara lain, mereka adalah anak buah kita, kenapa? Karena kebudayaan dan peradaban kita paling beranekaragam dan banyak, mana ada bangsa di dunia yang kebudayaannya hebat melebihi kita?”, tegas Cak Nun dihadapan penonton yang memadati lapangan, yang dimaksudkan sebagai motivasi kepada masyarakat Indonesia pada umumnya agar tidak minder dan kembali percaya diri, bahwa negara dan bangsa kita hebat dan kuat.
Keanekaragaman tersebut juga meliputi suku, agama, dan ras (SARA), yang menurut Cak Nun adalah simbol kehebatan negara Indonesia, dan diharapkan keanekaragaman itu menjadi pemersatu dan mampu menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia adalah negara yang hebat, karena bisa menyatukan kemajemukan tersebut.
Cak Nun juga menjabarkan makna yang terkandung dalam tembang tradisional jawa lir-ilir. Lagu Lir-ilir merupakan simbol kemajemukan, kemakmuran, dan perdamaian, sehingga  diharapkan bisa menjadi motivasi bagi rakyat Indonesia untuk mewujudkannya.
Dalam pengajian ini Cak Nun-Kyai Kanjeng juga didampingi oleh jajaran Pemkab Purbalingga, kepolisian, dan unsur-unsur pemuka agama seperti K. H. Supono Mustajab dan Romo Dimas, seorang Pastur dari Paroki Kroya. Ada satu keunikan dimana pada awal sambutannya Romo Dimas mengucapkan “Assalamuala’ikum waroh matullohi wabarokatuh” dan langsung disambut applaus dari hadirin. “Salam merupakan ajakan keselamatan dan kesejahteraan, dan suatu kewajiban bagi kita untuk menjawabnya, dan jangan lupa bahwa salam merupakan ajakan keselamatan, dan ini berhak bagi siapa saja, bukan hanya untuk umat Islam,”, jelas Budayawan kelahiran Jombang 27 Mei 1953, dan pengasuh beberapa kelompok Pengajian, diantarannya jemaah Maiyah itu. Dan dengan sedikit berseloroh, Romo Dimas menanyakan bagaimana salam penutup.
Disamping bertausiyah, Cak Nun dan grup musiknya, Kyai Kanjeng, juga menghibur penonton dengan memainkan nomor-nomor apik, yang sudah akrab di telinga mereka, diantaranya Lir-ilir dan Tombo Ati, aransemen sholawat nabi SAW, Sidnan Nabi, Sholli Wasalim, Sholawat Badar dan Tola’al Badru, dengan iringan musik gamelan dari Kyai Kanjeng. Tak ketinggalan musik dangdut pun dimainkan seperti Musik milik Rhoma Irama dan irama modern Pak Tani milik Koes Plus.
“Umat Islam bebas bermusik, mau itu dangdut, pop, rock atupun yang lainya, asalkan tetap taat pada aqidah dan akhlak”, jelas Cak Nun kepada hadirin yang semakin malam semakin menyemut.
Dan akhirnya pengajian budaya tiba di penghujung. Acara ditutup dengan doa bersama seluruh yang hadir di acara tersebut, yang dipimpin oleh K. H. Supono Mustajab yang merupakan pengasuh pondok pesantren, atas permintaan wakil bupati Purbalingga, dan dilanjutkan berjabat tangan antara penonton, Cak Nun dan semua jajaran yang berada di panggung pengajian budaya. Dan hujan pun enggan turun sampai pungkasnya acara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar