Paiman Sahlan
(Pimpinan Umum LPM Obsesi Tahun 1993-1994)
Berdirinya Lembaga Pers Obsesi dilatarbelakangi oleh mulai maraknya
aktivitas mahasiswa pada saat itu, yang ditandai dengan munculnya berbagai
kelompok studi pada era tahun 1993-1994. Pada tahun tersebut, bisa dikatakan
sebagai tahun kebangkitan mahasiswa di Purwokerto seperti UNSOED, UMP, STAIN,
dan UNWIKU. Pada kurun waktu sebelumnya mahasiswa Purwokerto menjadi mahasiswa
“banci”, sampai pernah aktivis mahsiswa UNSOED dikirimi BH oleh para aktivis
mahsiswa “kota”. Hal tersebut bisa dipahami pada era orde baru. Saat itu
penguasa sangat represif terhadap gerakan mahasiswa.
Pada tahun 1994, gerakan mahasiswa Purwokerto untuk pertama kalinya
turun ke jalan. Tidak tanggung-tanggung, ada sekitar tiga ribu mahasiswa turun
ke jalan untuk menuntut dibubarkannya SDSB. Sebenarnya SDSB sudah dimulai sejak
tahun 1990-an. Kalau kita ingat kembali, ada aktivis yang terkenal saat itu dari
jaringan Pro Demokrasi, yaitu Nuku
Sulaiman (almarhum). Pada tahun 1993, dalam demonstrasi di gedung DPR/MPR, Nuku
membagikan stiker bertuliskan SDSB: “Soeharto Dalang Semua Bencana”. Aslinya,
SDSB adalah akronim dari Sumbangan Dana Sosial Berhadiah yang dikelola oleh
Departemen Sosial, yang dikecam masyarakat luas karena dianggap sebagai biang
perjudian. Pada tahun 1993 itu pula banyak terjadi bencana, baik bencana alam
maupun bencana akibat kecelakaan. Buntut dari demonstrasi itu, pada tanggal 25
November 1993, Nuku ditangkap dan divonis penjara oleh Pengadilan Negeri
Jakarta pada 24 Februari 1994. Nuku kemudian dibebaskan oleh Presiden BJ.
Habibie pada bulan Mei 1998.
Demonstrasi SDSB di Purwokerto menjadi awal lahirnya kesadaran bagi para
tokoh pergerakan mahasiswa di Purwokerto. Pers mahasiswa lahir dimana-mana;
termasuk Obsesi dalam rupa tabloid dan majalah. Pers kampus yang pada saat itu
memang sudah terbit menjadi semakin kritis dan menjadi alternatif bacaan
mahasiswa.
Pentingnya Pers Mahasiswa
Dalam peradaban manusia, pers sangat dikenal mempunyai fungsi yang
esensial. Mulai dari fungsi pendidikan (education function), sumber
informasi (information), hiburan (entertainment), dan kontrol
sosial (social control). Wajar kalau kita melihat pers menjadi suatu
kebutuhan dan menyebabkan “momok” bagi negara yang merupakan sistem
otoritarian. Pers menjadi kekuatan maha dahsyat yang dapat menggerakkan siapa
saja untuk berbuat seperti yang kita kehendaki, atau sekedar
mempengaruhi/menciptakan public opinion (komunikasi massa). Dan, pers
sendiri terlanjur menjadi bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apalagi, di negara under developed atau new born countres
seperti layaknya Indonesia, negara yang nota bene masih muda, yang
memerlukan banyak perbaikan sistem di semua lini dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara menuju suatu kesempurnaan tatanan hidup. Pers sangat dibutuhkan
sekali peranannya dalam mengisi nuansa-nuansa yang tidak terjamah oleh
“institusi” lainnya, baik yang bersifat informasi tempat sharing
penemuan ide-ide cemerlang tentang sebuah kemapanan dari sebuah anti negara,
atau beroposisi sebagai kontrol sosial terhadap segala kebijakan yang diambil
dan diterapkan oleh pemerintah.
Obsesi merupakan entitas penerbitan mahasiswa yang beroperasi di IAIN
Sunan Kalijaga Purwokerto dan dikelola oleh mahasiswa Fakultas Tarbiyah pada
saat itu. Obsesi dianggap sebagai organisasi yang ideal karena tidak
berorientasi pada kepentingan ekonomi, melainkan pada idealisme mahasiswa. Ada
beberapa terminologi terkait pers mahsiswa pada saat itu. Pers kampus,
penerbitan pers mahasiswa, dan pers mahasiswa. Namun, terminologi yang dipakai
oleh Obsesi adalah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM Obsesi). Lembaga ini menerbitkan
dalam bentuk tabloid, yang benar-benar dikelola oleh mahasiswa. Seluruh proses
mulai dari mencari berita (informasi), penulisan, tata letak, pracetak dan
distribusi dilakukan oleh kru Obsesi.
LPM Obsesi Berdiri
Tanggal berdiri LPM Obsesi sampai sekarang tidak ada yang tahu. Tetapi
seingat saya, Obsesi terbit dan dibagikan pada tanggal 04 Januari 1994 pada
saat pembayaran SPP semester genap. Tema yang diangkat pada saat itu tentang
Sumber Daya Manusia. Kegiatan penulisan sudah dimulai sejak bulan Oktober 1993
dengan melakukan reportase ke berbagai daerah dan narasumber dari UI, namun
baru bisa terbit di bulan Januari 1994. Adapun Kepengurusan LPM Obsesi pada
saat itu, Paiman Sahlan sebagai Pimpinan Umum, Pimpinan Redaksi Agus Maryono
(sekarang di The Jakarta Post), Dewan Redaksi Ecep Suwardaniyasa
(sekarang di TVOne), Siti Maesaroh, Ahmad Hakim (redaktur), bendahara Laela
Wahyuni, Layouter Toin As’ad dan Arbani. Sedangkan ide pendiriannya lahir dari
Pengurus Senat Imam Thobroni yang saat itu menjadi ketua, dan Lembaga UKPIP (Unit
Kegiatan Peningkatan Intelektual dan Penalaran) unit di Senat Mahasiswa dimana
saya sebagai koordinatornya serta Agus Maryono dan Ecep Suwardaniyasa yang
intens dengan ide-ide pendiriannya.
Bukan tanpa perjuangan, eksisnya LPM Obsesi sebagai “Koran Kampus”
mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga Purwokerto pada waktu itu didirikan dengan jerih
payah. Betapa tidak, untuk menerbitkan tabloid pada saat itu, kemampuan
manulis, teknik wawancara, layout dan lainnya masih sangat terbatas. Orang yang
mau menulis seperti mahasiswa “aneh”—saking langkanya. Bahkan saat mencetak
tabloid pertama sama sekai tidak mempunyai pengetahuan tentang cetak-mencetak.
Pada saat itu dikerjakan di percetakan Persatuan Yogyakarta, yang sama sekali
tidak dibimbing oleh pihak percetakan. Mereka menganggap LPM Obsesi telah
mempunyai kemampuan layout. Namun karena tertantang untuk membuat yang terbaik,
maka kami bertiga melakukannya dengan semangat walaupun sebenarnya cemas, dan
akhirnya Obsesi lahir.
Pada perkembangan berikutnya, Obsesi sebagai pers mahasiswa juga sudah
menunjukkan ciri khas yang berbeda dari gerakan mahasiswa pada umumnya yaitu
konsisten pada sikap kritis. Obsesi terus menerus mengkritisi berbagai
persoalan yang terjadi di kampus dan di luar kampus. Apalagi setelah negara
sudah menjamin kebebasan pers, walaupun pada saat itu acap kali terjadi
pembredelan pers kampus.
(Esai ini disampaikan pada Diklat Jurnalistik LPM
Obsesi Tahun 2015/2016.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar