Mendoanku Banyumasku Kebanggaanku
Waktu itu saya lagi duduk-duduk di kamar sambil buka
internet, saya membaca essai karya dari abdul aziz rasjid yang terpampang di
dunia maya juga dimuat dalam koran suara merdeka, 26 juni 2010. Saya sangat
tertarik membacanya karena isinya yang membuat kebanggaan banyumas dan judulnya
begitu membuat penasaran, yaitu “Mengkaji
Elitisasi Mendoan di Kafe”. Isinya berisi tentang elitisasi
mendoan burger yang diinovasi dari kafe-kafe sekitar Purwokerto tidak akan
merusak citra mendoan lokal, jika citra mendoan lokal tidak kalah dengan citra burger
itu sendiri. Ditambah lagi sudah menjamurnya industrialisasi di kalangan
masyarakat sebagai jajanan di angkringan warung-warung atau produksi di rumah
pribadi.
Saya pun mengamini essay tersebut. Pernah juga di bulan
September 2011 disalah satu ruang tunggu executive longs stasiun kereta di
Purwokerto menawarkan mendoan produk lokal sebagai menu yang wajib ditawarkan
terutama kepada pengunjung luar daerah. Hal ini bertujuan agar masyarakat
nusantara tahu mendoan itu khas Banyumas.
Yang perlu digarisbawahi bahwa realitas mendoan lokal
juga laris manis dibeli oleh kalangan urban. Bahkan sering sekali memesan
beberapa porsi untuk dikemas dan membawanya sebagai bekal diperjalanan kereta.
Nilai praktis yang terkandung dalam mendoan lebih
memudahkan dalam penyajian serta nama yang begitu unik membuat pengunjung
menjadi penasaran. Akibat penasaran, pengunjung akhirnya berani mencoba dan
berakhir dengan senyumman yang terlontar. Kedua hal inilah yang menjadi daya
tarik bagi pembeli. Ketika ada pengunjung dari luar daerah yang pernah mampir
dan juga pernah mencicipi mendoan, kalimat pertama yang dipanggil yaitu
“mendoan khas banyumas 1 porsi”. Dari sini menunjukkan bahwa relasi masyarakat
urban dengan mendoan burger atau mendoan lokal pada hakikatnya sama, yaitu
produk asalnya ya mendoan khas banyumas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar