Selasa, 08 Januari 2013

Mendoanku Banyumasku Kebanggaanku



Waktu itu saya lagi duduk-duduk di kamar sambil buka internet, saya membaca essai karya dari abdul aziz rasjid yang terpampang di dunia maya juga dimuat dalam koran suara merdeka, 26 juni 2010. Saya sangat tertarik membacanya karena isinya yang membuat kebanggaan banyumas dan judulnya begitu membuat penasaran, yaitu “Mengkaji Elitisasi Mendoan di Kafe”. Isinya berisi tentang elitisasi mendoan burger yang diinovasi dari kafe-kafe sekitar Purwokerto tidak akan merusak citra mendoan lokal, jika citra mendoan lokal tidak kalah dengan citra burger itu sendiri. Ditambah lagi sudah menjamurnya industrialisasi di kalangan masyarakat sebagai jajanan di angkringan warung-warung atau produksi di rumah pribadi.

Saya pun mengamini essay tersebut. Pernah juga di bulan September 2011 disalah satu ruang tunggu executive longs stasiun kereta di Purwokerto menawarkan mendoan produk lokal sebagai menu yang wajib ditawarkan terutama kepada pengunjung luar daerah. Hal ini bertujuan agar masyarakat nusantara tahu mendoan itu khas Banyumas.

Yang perlu digarisbawahi bahwa realitas mendoan lokal juga laris manis dibeli oleh kalangan urban. Bahkan sering sekali memesan beberapa porsi untuk dikemas dan membawanya sebagai bekal diperjalanan kereta.

Nilai praktis yang terkandung dalam mendoan lebih memudahkan dalam penyajian serta nama yang begitu unik membuat pengunjung menjadi penasaran. Akibat penasaran, pengunjung akhirnya berani mencoba dan berakhir dengan senyumman yang terlontar. Kedua hal inilah yang menjadi daya tarik bagi pembeli. Ketika ada pengunjung dari luar daerah yang pernah mampir dan juga pernah mencicipi mendoan, kalimat pertama yang dipanggil yaitu “mendoan khas banyumas 1 porsi”. Dari sini menunjukkan bahwa relasi masyarakat urban dengan mendoan burger atau mendoan lokal pada hakikatnya sama, yaitu produk asalnya ya mendoan khas banyumas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar