Selasa, 08 Januari 2013

SIDIK JARI: Mampukah temukan Kejujuran yang Hilang?



Absensi sidik jari dibuat untuk menertibkan karyawan yang mangkir dan memberikan jaminan terhadap kinerja karyawan. Penertiban ini mengakibatkan karyawan yang mangkir mendapat teguran atau dengan ketegasan lain yakni pemotongan insentif atau denda lainnya.
Kejujuran merupakan syarat kokohnya sebuah lembaga. Tanpa kejujuran sebuah lembaga takkan mampu bertahan lama. Kejujuran merupakan nilai penting yang saat ini mulai hilang seiring bertambahnya kesibukan manusia mencari kesenangan pribadinya. Orang yang hanya memikirkan kesenangan sesaat misalnya, memilih untuk absen dari pekerjaannya sekedar untuk liburan atau hanya bersantai di rumah.
Namun, itu takkan terjadi saat ini  karena pemerintah telah menanggalkan absen sidik jari yang dianggap mampu menertibkan karyawan yang mangkir. Absensi sidik jari mengharuskan karyawan datang langsung untuk memastikan ia terabsen melalui mesin. Hal ini memudahkan  pimpinan untuk mengecek karyawannya.
Efektifkah absen sidik jari?
Tidak diragukan lagi absen sidik jari mampu memaksa karyawan untuk jujur dalam presensi kehadirannya. Tetapi, bagaimana dengan kinerjanya? Belum dapat dipastikan karyawan yang hadir di kantor benar-benar melaksanakan tugasnya atau hanya duduk santai menikmati segelas kopi.
Sebuah ‘PR’ bagi pimpinan  bahwa penertiban karyawan mangkir tidak bisa jika hanya mengandalkan mesin, karena mesin hanya mampu memaksa dan tak mampu menumbuhkan kejujuran.
Kejujuran datang dari keinginan individual bukan karena paksaan, kejujuran akan benar-benar dijalankan jika berangkat dari hati nurani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar