Judul Buku : Sepucuk Surat Untuk Tuhan
Penulis : Sulfiza Ariska, dkk.
Penerbit : Pesma Annajah Press, Purwokerto
Cetakan : 1, November 2012
Tebal : viii + 282 Halaman
Selain dipenuhi dengan ilmu,
pesantren juga penuh dengan kisah-kisah tentang cinta. Tak sedikit yang memunculkan
sudut pandang sosial budaya yang itu menjadi daya tarik tersendiri bagi
pembacanya. Namun, bagaimana jika cerita-cerita dikalangan pesantren berbicara
tentang aturan yang menjadi belenggu dan dirasa mengekang para santrinya, atau
kisah-kisah yang justru membincang nila
dibalik putihnya tembok penjara suci, pesantren.
Adalah Sulfisa Ariska, Aries
Ermawati, Rizki Aziz Abdullah, 3 dari 30 cerpenis terbaik pilihan juri pada lomba cerpen tingkat
nasional yang diadakan pertama kalinya oleh Pesantren Mahasiswa Annajah,
Kutasari. Diikuti ratusan cerpenis dari seluruh nusantara, Sulfiza Ariska
dengan cerpennya bertajuk Sepucuk Surat Untuk Tuhan, menjadi cerpen terbaik
sekaligus juara 1 pada event Pesantren Menulis tersebut.
Dalam cerpennya, Sulfiza Ariska, putra
Sumatera Barat ini menceritakan tentang kisah inspiratif Cheng Ho, seorang
pendiri Pondok Pesantren Nurul Huda yang dengan polosnya mengirim sepucuk surat
yang tertuliskan kepada Tuhan dilangit yang jauh pada amplopnya. Saat itu Nurul
Huda terancam gagal panen karena adanya badai yan menghantam dan menggulung
tanaman padi yang mulai menguning. “Tuhan, bila engkau tak menolong kami,
keluargaku akan kelaparan dan ponpes nurul huda akan tutup tahun ini. Kami
memerlukan seratus juta rupiah untuk membenahi dan menanami sawah-ladang, serta
menyambung hidup sampai datangnya musim panen”. Aries Ermawati, mahasiswi prodi
BKI STAIN Purwokerto bercerita tentang kelana seorang santri bernama Aziz
Al-Farizy yang bertemu dengan sesosok yang luar biasa di sepertiga malam yang
luar biasa menggetarkan. Sedangkan Rizki Aziz Abdullah menceritakan tradisi
pesantren yang kental dan keistiqomahannya dalam keilmuan.
Kehidupan pesantrenpun tidak lepas
dari kisah cinta yang kadang berakhir tragis, atau kisah-kisah cinta yang
berakhir indah. Tradisi- tradisi
pesantren yang beragam terangkum dalam sebuah buku yang sangat menarik untuk
dibaca. Sebelumnya, buku sejenis pernah dikeluarkan oleh OBSESI Press pada
tahun 2010, yang cerita-ceritanya berlatarbelakangkan budaya santri. Namun, Sepucuk
surat untuk Tuhan mengajak beberapa penulis muda berbakat yang baru merintis prestasinya
dibidang kepenulisan. Juga beberapa nama penyair yang sudah tidak asing yang
pernah ikut meramaikan buku-buku keluaran OBSESI Press seperti Cinung Azizy,
Eka Safitri, Latief S Nugraha.
Buku ini mencakup tradisi- tradisi
di seluruh nusantara karena terkumpul melalui lomba cipta cerpen nasional.
Namun, sedikit kekurangan dari buku ini adalah tidak adanya kata pengantar dari
panitia lomba atau kata pengantar atau tulisan atau cerpen pengasuh pesantren
mahasiswa Annajah yang pastinya akan lebih membawa pembaca dalam mendalami
kisah-kisah tradisi pesantren yang sesungguhnya.
Membaca
antologi cerpen Sepucuk Surat untuk Tuhan ini akan membawa si pembaca seperti memasuki
dunia pesantren yang memiliki beragam tradisi dan dimensi yang membawa nafas
kesejukkan bagi peradaban masa kini. ׀ Pipit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar