Sabtu, 12 Oktober 2013

KETIKA KISAH-KISAH KEHIDUPAN PESANTREN TERANTOLOGIKAN DALAM SEBUAH BUKU

Judul Buku    : Sepucuk Surat Untuk Tuhan
Penulis            : Sulfiza Ariska, dkk.
Penerbit          : Pesma Annajah Press, Purwokerto
Cetakan          : 1, November 2012
Tebal              : viii + 282 Halaman


            Selain dipenuhi dengan ilmu, pesantren juga penuh dengan kisah-kisah tentang cinta. Tak sedikit yang memunculkan sudut pandang sosial budaya yang itu menjadi daya tarik tersendiri bagi pembacanya. Namun, bagaimana jika cerita-cerita dikalangan pesantren berbicara tentang aturan yang menjadi belenggu dan dirasa mengekang para santrinya, atau kisah-kisah yang justru membincang  nila dibalik putihnya tembok penjara suci, pesantren.
            Adalah Sulfisa Ariska, Aries Ermawati, Rizki Aziz Abdullah, 3 dari 30 cerpenis terbaik  pilihan juri pada lomba cerpen tingkat nasional yang diadakan pertama kalinya oleh Pesantren Mahasiswa Annajah, Kutasari. Diikuti ratusan cerpenis dari seluruh nusantara, Sulfiza Ariska dengan cerpennya bertajuk Sepucuk Surat Untuk Tuhan, menjadi cerpen terbaik sekaligus juara 1 pada event Pesantren Menulis tersebut.
            Dalam cerpennya, Sulfiza Ariska, putra Sumatera Barat ini menceritakan tentang kisah inspiratif Cheng Ho, seorang pendiri Pondok Pesantren Nurul Huda yang dengan polosnya mengirim sepucuk surat yang tertuliskan kepada Tuhan dilangit yang jauh pada amplopnya. Saat itu Nurul Huda terancam gagal panen karena adanya badai yan menghantam dan menggulung tanaman padi yang mulai menguning. “Tuhan, bila engkau tak menolong kami, keluargaku akan kelaparan dan ponpes nurul huda akan tutup tahun ini. Kami memerlukan seratus juta rupiah untuk membenahi dan menanami sawah-ladang, serta menyambung hidup sampai datangnya musim panen”. Aries Ermawati, mahasiswi prodi BKI STAIN Purwokerto bercerita tentang kelana seorang santri bernama Aziz Al-Farizy yang bertemu dengan sesosok yang luar biasa di sepertiga malam yang luar biasa menggetarkan. Sedangkan Rizki Aziz Abdullah menceritakan tradisi pesantren yang kental dan keistiqomahannya dalam keilmuan.
            Kehidupan pesantrenpun tidak lepas dari kisah cinta yang kadang berakhir tragis, atau kisah-kisah cinta yang berakhir indah.  Tradisi- tradisi pesantren yang beragam terangkum dalam sebuah buku yang sangat menarik untuk dibaca. Sebelumnya, buku sejenis pernah dikeluarkan oleh OBSESI Press pada tahun 2010, yang cerita-ceritanya berlatarbelakangkan budaya santri. Namun, Sepucuk surat untuk Tuhan mengajak beberapa penulis muda berbakat yang baru merintis prestasinya dibidang kepenulisan. Juga beberapa nama penyair yang sudah tidak asing yang pernah ikut meramaikan buku-buku keluaran OBSESI Press seperti Cinung Azizy, Eka Safitri, Latief S Nugraha.
            Buku ini mencakup tradisi- tradisi di seluruh nusantara karena terkumpul melalui lomba cipta cerpen nasional. Namun, sedikit kekurangan dari buku ini adalah tidak adanya kata pengantar dari panitia lomba atau kata pengantar atau tulisan atau cerpen pengasuh pesantren mahasiswa Annajah yang pastinya akan lebih membawa pembaca dalam mendalami kisah-kisah tradisi pesantren yang sesungguhnya.
            Membaca antologi cerpen Sepucuk Surat untuk Tuhan ini akan membawa si pembaca seperti memasuki dunia pesantren yang memiliki beragam tradisi dan dimensi yang membawa nafas kesejukkan bagi peradaban masa kini. ׀ Pipit



Tidak ada komentar:

Posting Komentar